TRANSLASI MATA UANG ASING
A) Perbedaan translasi dan konversi antar mata uang asing.
Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam
pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak
ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang
terjadi seperti bila dilakukan konversi.
Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen
mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu
harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Mata uang Negara dagang utama dibeli dan dijual dalam pasar global.
Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang canggih, para
pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan
usaha, para individu, dan pedagang professional. Dengan menyediakan
tempat bagi para pembali dan penjual mata uang, pasar mata uang asing
memfasilitasi transfer pembayaran internasional (contoh: dari importer
kepada eksportir), memungkinkan terjadinya pembelian atau penjualan
internasional secara kredit (contoh: letter of credit suatu bank yang
memungkinkan barang dikirimkan kepada pembeli yang belum dikenal sebelum
dilakukan pembayaran), dan meyediakan alat bagi para individu atau
kalangan usaha untuk melindungi diri mereka dari resiko nilai mata uang
yang tidak stabil.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap.
Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan
secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi
oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara,
perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar
di masa mendatang. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam
mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar
forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau
penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara
bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil
keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara
asing, dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan
yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
B) Istilah dalam translasi mata uang asing.
Translasi adalah penjabaran mata uang asing. Translasi merupakan pertukaran mata uang asing (diatur oleh IAD no.21)
1. Translasi terjadi apabila perusahaan anak cabang telah signifikan, dan
ada MNC (Multy National Corporete)
2. Translasi merubah satuan yang berbeda-beda menjadi satuan uang.
3. translasi yang bermaun krus
Translasi merupakan proses penerjemahan bahasa pemograman ( source code)
menjadikan sebuah file atau berupa tampilan lain. Proses Transalai
meliputi istilah: Compile, Interpret, dan Link. Program aplikasi
computer (perangkat lunak) yang biasa dikembangkan dapat berada dalam
tiga bentuk:
1. Source-code
2. Intermediate-code
3. Executable-code
Ada Dua Proses Tahap Translasi :
1. Translasi dari source-code ke intermediate-code
2. Translasi dari intermediate-code ke executable-code
Variasi Pendekatan Translasi
Pendekatan translasi program komputer dalam bentuk source-code ke executable-code :
1. Full-interpretation. Translasi dari source-code langsung ke
executable-code dengan menggunakan sat tahap saja.
2. Mixed. Translasi dari source-code ke intermediate-code bersifat
compile (dihasilkan output file). Translasi dari intermediate-code ke
executable-code bersifat interpret (tidak dihasilkan output file).
3. Full-compilation. Translasi dari source-code ke intermediate-code
bersifat compile (output file ada). Translasi dari intermediate-code ke
executable-code bersifat compile juga (output file ada).Kata ‘compile’
dipakai sebagai istilah translasi yang menghasilkan output file . Untuk
selanjutnya, kata compile bermakna ‘translasi dari source-code ke
intermediate-code (yang menghasilkan output file)’.Dalam praktek,
pemakaian kata ini sangat sembarangan, bisa berarti apa.
C) Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing.
Perlakuan-perlakuan akuntansi menyebabkan penyesuaian-penyesuaian
intemasional ini sama beragamnya dengan prosedur-prosedur translasi yang
melatarbelakanginya. Karenanya, solusi-solusi yang masuk akal atas
masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan atau kerugian” translasi ini
sangat dibutuhkan.
Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai
dari pendekatan deferral (penundaan) hingga pendekatan yang tidak
mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida
diantara keduanya.
Mayor deferal.Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba
berjalan secara umum umum ditentang dengan alasan bahwa
penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk dari proses penyajian
ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari
aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”, tidak
memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas
di luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau
membayar kembali kepada perusahaan induk. Memasukkan
penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam laba berjalan, dengan
demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini, penyesuaian
translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi.
Meskipun begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan
bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya.
Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau
transaksi akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling
susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil
operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan peramalan. Bagi
beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi menutupi
perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs
merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan
terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat
ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs
selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs
tersebut stabil”.
Deferral dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan
dan kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian
ini selama usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka
terhadap dolar antar tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian
translasi. Berdasarkan asumsi bahwa biaya dari aset termasuk pengorbanan
yang diperlukan untuk mengurangi dan menghapus kewajiban yang terkait,
kerugian translasi akan diperlakukan sebagai bagian dari biaya aset yang
bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban selama usia produktif
aset Tersebut.
No deferral. Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan kerugian
translasi adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut
dalam laporan laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap
semu dan menyesatkan. Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap
tidak mungkin diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten.
Jadi, pendekatan tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera
tetapi hanya mengakui keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah
terealisasi. Walaupun bersifat konservatif, penundaan keuntungan
translasi semata-mata dilakukan karena keuntungan “menolak” bahwa
perubahan kurs telah terjadi.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan,
sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa
mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar
berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas”
semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca
laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu
menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan
dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
D) Pengaruh metode translasi mata uang asing terhadap laporan keuangan.
Ketiga nilai tukar berikut ini digunakan ketika melakukan translasi
saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestic. Pertama, kurs
ini adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan. Kedua,
kurs histories adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata
uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam
mata uang asing pertama kali terjadi. Terakhir, kurs rata-rata yaitu
rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs
nilai tukar histories. Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar histories
dibandingkan dengan kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan
ketika digunakan sebagai koofisien translasi mata uang asing. Kurs nilai
tukar histories umumnya mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan
suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi mata uang
domestic.
1. Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar
negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom,
memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan
akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut
mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari
laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa
dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan
suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan
hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan
konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya
bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah
dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku
dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari
laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan
pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan
perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif
valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk
sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil
konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari
masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada.
Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar
negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya
historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta
lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis
aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran,
nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua
aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu,
mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator
perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar
karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya
didukung oleh inflasi lokal.
2. Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan
historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas
berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang
populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar
dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri
ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan
menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan
dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi,
ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau
dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan
dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan
memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan
diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode
ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada
mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan
mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan
digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis,
metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk
menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku
untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta
domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai
penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan
suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai
tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah
atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah
(restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP
AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan
diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau
terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur
berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga
berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek
kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis
akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah
dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang
berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip
temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan
seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca.
Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan
dengan harga uang tersebut.
E) Evaluasi dan pemilihan metode translasi mata uang asing.
Metode konversi mata uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1. Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari
cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal
dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset
dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi,
dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh
ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan
di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata
uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat
devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja
ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat
keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara
tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata
uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak
tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs
histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun
penyelesaian.
2. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang
jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos
nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka
panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada
periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan
dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya
penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca.
Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada
klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal
ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan
mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan
harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar
biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses
konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak
mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter.
Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory)
selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal,
persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja
dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat
dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal
lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata
pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan
depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan
kurs histories (harga di masa lalu).
4. Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca
dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi
oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas
digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila
asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas,
suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini
adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap
bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
F) Transaksi dengan mata uang asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah
penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi
dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau
menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang
asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang
asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata
uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk
memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah
mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan
sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan
beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan
luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara
asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk
distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang
dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata
uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS
yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi
dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan
sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang
dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata
uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak
perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi
dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam
catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak
perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS,
mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
G) Hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva
non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan
menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih
rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan,
laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban
depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan
mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan
kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi
lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di
suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas
keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian
biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS.
Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata
uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan
ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut
akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi
atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham
akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan.
Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah
akuntansi untuk inflasi asing.
Rabu, 06 Juni 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar